
AS berencana untuk menggunakan Afrika sebagai pemasok mineral penting, yang semakin penting secara bertahap dari tahun ke tahun, untuk mematahkan dominasi China di sana, menurut Economist.
Afrika adalah rumah bagi sekitar 30% sumber daya mineral dunia, menurut Program Lingkungan PBB. Sehingga merupakan destinasi krusial untuk memenuhi kebutuhan akan bahan galian.
Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa teknologi energi bersih akan membutuhkan lithium 40 kali lebih banyak, grafit 25 kali lebih banyak, dan sekitar 20 kali lebih banyak nikel dan kobalt pada tahun 2040 dibandingkan tahun 2020.
“China adalah pemain world yang dominan dalam penyulingan mineral strategis. China memurnikan 68% nikel secara world, 40% tembaga, 59% litium, dan 73% kobalt,” kata Brookings Establishment, sebuah think-tank Amerika, dalam sebuah pernyataan. laporan itu dirilis pada bulan Juli.
“Cina telah memiliki kendali bebas selama 15 tahun sementara seluruh dunia tertidur,” kata Brian Menell, kepala eksekutif perusahaan mineral TechMet, seperti dikutip dalam kisah The Economist.
Para pejabat AS khawatir tentang China menjadi “OPEC dari salah satu mineral kritis” dan melakukan diplomasi yang lebih aktif di Afrika, menurut laporan itu.
Presiden AS Joe Biden menjamu lebih dari 40 pemimpin Afrika di Washington pada bulan Desember, dan banyak pejabat senior telah mengunjungi benua itu, sementara Biden juga diperkirakan akan mengunjungi Afrika tahun ini.